Pembangunan irigasi dan distribusi pupuk yang baik bisa mendorong panen dua kali setahun.
MENTERI Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan swasembada beras nasional cukup dari Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Banyuasin di Sumatra Selatan jika target pembangunan saluran irigasi dan masalah distribusi pupuk berjalan sesuai rencana.
Kabupaten OKU memiliki lahan sawah seluas 70 ribu hektare dan Banyuasin memiliki lahan sawah seluas 30.000 hektare.
Jika per hektare mampu menghasilkan beras 5 ton, sawah dari dua kabupaten itu bisa menghasilkan 500 ribu ton untuk sekali tanam.
“Kalau nanti sudah bisa dua kali tanam, swasembada beras cukup dari dua kabupaten ini saja. Kita impor beras kan sejuta ton kemarin,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman ketika melihat kondisi sawah lebak di Desa Sako, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, kemarin.
Setelah melihat kondisi sawah dan mendapat laporan dari petani, Amran memutuskan untuk membangun saluran irigasi sepanjang empat kilometer. Saluran air itu berfungsi mengatur keluar masuk air pasang ke dalam sawah. Selama ini, petani di Desa Sako hanya bisa menanam padi setahun sekali karena sawah tidak bisa ditanami pada musim hujan. Jika sudah ada saluran irigasi, petani bisa menanam padi dua kali setahun.
“Permasalahan dasar pertanian sawah di Indonesia itu ialah irigasi dan distribusi pupuk,” ujar Amran. Untuk mengatasi hal itu, Amran mengaku melakukan penghematan besar-besaran di Kementerian Pertanian dan memprioritaskan anggaran untuk membangun faktor-faktor produksi pertanian. Anggaran yang seharusnya untuk membangun kantor dan membeli kebutuhan yang tidak mendesak dipindahkan Amran untuk diberikan kepada petani.
Permasalahan irigasi dan pupuk selama ini tidak bisa diselesaikan karena komunikasi antarinstansi yang kurang baik. Misalnya, dalam pembangunan irigasi diperlukan komunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum. Juga dalam distribusi pupuk diperlukan kerja sama antara BUMN pupuk, polisi, penyuluh, dan petani.
“Saya sudah undang direktur pupuk semalam bahwa pupuk enggak boleh bermasalah ke depan, saya sudah telepon manajer hingga pengawasnya,“ kata dia.Masalah irigasi Amran menargetkan pembangunan irigasi dimulai pada 2015 dan selesai dalam enam bulan. Januari nanti anggaran sebesar Rp4,5 triliun segera cair dan bisa digunakan untuk membangun sarana prasarana produksi pertanian.
Jika pembangunan itu berhasil, pada 2015 Indonesia sudah bisa memproduksi beras sebanyak 73 juta ton. Meskipun secara nasional target swasembada yang dicanangkan Presiden Jokowi selama tiga tahun.
Penyuluh pertanian di Desa Sako Tukiyo mengakui permasalahan irigasi sudah ada sejak puluhan tahun lalu.Selama ini, para petani secara swadaya membangun irigasi semampunya. “Kami sudah coba untuk menanam padi dua kali setahun, tetapi sangat berisiko gagal. Kebanyakan petani yang menanam tidak berhasil karena air terlalu tinggi,“ ujar Tukiyo.
Masa tanam padi di Desa Sako dimulai Juni dan akan panen pada September. Jika nanti dibangunkan irigasi, air pasang pada Oktober hingga Mei bisa disalurkan ke Sungai Komering dan sawah bisa ditanami dua kali dalam setahun. Tukiyo juga mengakui kini di Desa Sako sejak 2003 sudah tidak ada lagi tengkulak yang berani memainkan harga panen kepada petani. Sebagian besar petani di Desa Sako menanam padinya untuk dijadikan bibit atau sawah penangkaran. (N-1) Media Indonesia, 13/12/2014, halaman 10
MENTERI Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan swasembada beras nasional cukup dari Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Banyuasin di Sumatra Selatan jika target pembangunan saluran irigasi dan masalah distribusi pupuk berjalan sesuai rencana.
Kabupaten OKU memiliki lahan sawah seluas 70 ribu hektare dan Banyuasin memiliki lahan sawah seluas 30.000 hektare.
Jika per hektare mampu menghasilkan beras 5 ton, sawah dari dua kabupaten itu bisa menghasilkan 500 ribu ton untuk sekali tanam.
“Kalau nanti sudah bisa dua kali tanam, swasembada beras cukup dari dua kabupaten ini saja. Kita impor beras kan sejuta ton kemarin,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman ketika melihat kondisi sawah lebak di Desa Sako, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, kemarin.
Setelah melihat kondisi sawah dan mendapat laporan dari petani, Amran memutuskan untuk membangun saluran irigasi sepanjang empat kilometer. Saluran air itu berfungsi mengatur keluar masuk air pasang ke dalam sawah. Selama ini, petani di Desa Sako hanya bisa menanam padi setahun sekali karena sawah tidak bisa ditanami pada musim hujan. Jika sudah ada saluran irigasi, petani bisa menanam padi dua kali setahun.
“Permasalahan dasar pertanian sawah di Indonesia itu ialah irigasi dan distribusi pupuk,” ujar Amran. Untuk mengatasi hal itu, Amran mengaku melakukan penghematan besar-besaran di Kementerian Pertanian dan memprioritaskan anggaran untuk membangun faktor-faktor produksi pertanian. Anggaran yang seharusnya untuk membangun kantor dan membeli kebutuhan yang tidak mendesak dipindahkan Amran untuk diberikan kepada petani.
Permasalahan irigasi dan pupuk selama ini tidak bisa diselesaikan karena komunikasi antarinstansi yang kurang baik. Misalnya, dalam pembangunan irigasi diperlukan komunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum. Juga dalam distribusi pupuk diperlukan kerja sama antara BUMN pupuk, polisi, penyuluh, dan petani.
“Saya sudah undang direktur pupuk semalam bahwa pupuk enggak boleh bermasalah ke depan, saya sudah telepon manajer hingga pengawasnya,“ kata dia.Masalah irigasi Amran menargetkan pembangunan irigasi dimulai pada 2015 dan selesai dalam enam bulan. Januari nanti anggaran sebesar Rp4,5 triliun segera cair dan bisa digunakan untuk membangun sarana prasarana produksi pertanian.
Jika pembangunan itu berhasil, pada 2015 Indonesia sudah bisa memproduksi beras sebanyak 73 juta ton. Meskipun secara nasional target swasembada yang dicanangkan Presiden Jokowi selama tiga tahun.
Penyuluh pertanian di Desa Sako Tukiyo mengakui permasalahan irigasi sudah ada sejak puluhan tahun lalu.Selama ini, para petani secara swadaya membangun irigasi semampunya. “Kami sudah coba untuk menanam padi dua kali setahun, tetapi sangat berisiko gagal. Kebanyakan petani yang menanam tidak berhasil karena air terlalu tinggi,“ ujar Tukiyo.
Masa tanam padi di Desa Sako dimulai Juni dan akan panen pada September. Jika nanti dibangunkan irigasi, air pasang pada Oktober hingga Mei bisa disalurkan ke Sungai Komering dan sawah bisa ditanami dua kali dalam setahun. Tukiyo juga mengakui kini di Desa Sako sejak 2003 sudah tidak ada lagi tengkulak yang berani memainkan harga panen kepada petani. Sebagian besar petani di Desa Sako menanam padinya untuk dijadikan bibit atau sawah penangkaran. (N-1) Media Indonesia, 13/12/2014, halaman 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar